MAMAK, BUJANG PULANG HARI INI
Judul Buku : Pulang
Nama Pengarang : Darwis Tere Liye
Nama Penerbit : Penerbit Republika
Jumlah Halaman : 400 halaman
Resentator : Imroatus Sholichah
Harga : 60.000
Penulis ini selalu
saja dengan style khasnya, tidak pernah membuka profil. Misterius dan
membuat penasaran para pembaca, sama dengan semua tulisannya. Ketagihan dibuat
kami, dengan cerita-ceritanya, jika sudah usai membaca satu novel, selalu ingin
membaca yang lainnya. Bagaimana bisa, membaca buku layaknya seperti menonton
dibioskop atau lebih tepatnya lagi... seperti berada dalam cerita. Asyik sekali
penggunaan bahasanya, seperti sungguh-sungguh ikut bermain peran.
“Bisikkan nama Si
Babi Hutan ditelinga mereka, maka orang-orang akan gemetar ketakutan. Suruh Si
Babi Hutan biacara, maka seorang presiden pun akan diam mendengarkan.”
Si Babi Hutan
(Bujang), itulah sebutan untuk seorang bocah laki-laki dari talang di lereng
Bukit Barisan. Semua masa lalu akan saling berkelindan, saling memiliki
hubungan dengan yang lainnya. Baiklah, kisahnya dimulai semenjak Bujang berusia
lima belas tahun. Bapaknya mengirim surat kepada Tauke Muda untuk membawa
Bujang bersamanya, tanpa sepengetahuan Bujang. Berawal dari rombongan Tauke
Muda yang datang ke talang dan mengajak Bujang berburu babi hutan. Mamaknya
cemas, takut sekali Bujang, anak satu-satunya tergores dan terluka sedikit
saja. Tapi keinginan Bapaknya keras, agar Bujang melawan rasa takut.
Berangkatlah rombongan beserta Bujang dengan tombak runcing ditangan bersama
kaki telanjangnya. Dihutan, Tauke Muda memerintahkan untuk berpencar. Bujang
ikut dengan kelompok Tauke. Pertarungan dengan babi hutan dimulai, perlawanan
demi perlawanan pun terjadi, bahkan nyawa Tauke terancam. Hampir saja, beberapa
detik lagi mungkin nyawanya tidak akan selamat. Bujanglah si penolongnya,
mantap sekali Bujang tancapkkan tombaknya kearah babi hutan monster itu, besar
sekali badannya. Semenjak itulah ia dijuluki Si Babi Hutan. Bujang memang
terbilang sangat muda, tapi ia hanya memiliki empat emosi. Mengapa? Karena satu
emosi yang hilang dari dirinya, emosi takutnya telah lenyap.
Sesuai perjanjian
Bapaknya dan Tauke, akhirnya Bujang dibawa Tauke ke Kota. Meski pertengkaran
sempat terjadi pada Bapak dan Mamaknya. Akhirnya Mamaknya pasrah, pasrah dengan
mengambil keputusan setuju meski amat berat ia rasa. Merelakan anak semata
wayangnya pergi meski berkecamuk jiwanya. Selalu ia ingat apa pesan Mamaknya..
“Berjanjilah kau akan menjaga perutmu (dari makanan dan minuman
haram dan kotor) itu, Bujang. Agar….
Agar besok luka, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap
punya satu titik yang putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu pulang.”
Semakin seru
menjadi-jadi novel ini dengan kelanjutan kisah Bujang dengan keluarga Tauke
Muda. Si Babi Hutan yang dulu hanya belajar menulis, membaca, dan berhitung
dari Mamaknya itu kini telah berubah, Si Babi Hutan yang dulu tak beralaskan
kaki dari lereng Bukit Barisan itu telah tumbuh dewasa dan tampan. Tubuhnya
gagah dan otaknya cerdik sekali, bagaimana tidak. Ia sudah menuntaskan kuliah
diluar negeri, satu waktu untuk menempuh dua program master. Program sarjananya
ia ambil di Ibukota, skripsinya membahas tuntas mengenai Shadow Economy, lingkup
yang sangat akrab dengannya, keluarga Tauuke ke Muda. Selama kuliah, ia
habiskan waktunya diperpustakan untuk membaca buku-buku yang berbau Shadow
Economy. Selain itu, Bujang juga sering menghadiri seminar atau pameran
kesenian.
Tauke tidak pernah
berkeinginan menjadikan Bujang seorang tukang pukul seperti orang-orang yang
tinggal di mess. Ia hanya ingin Bujang sekolah tinggi, dan esok bisa merubah keadaan
keluarga Tong. Sebutan untuk keluarga Tauke Muda di dunia hitam. Keluarga yang
beranggotakan ratusan orang. Tauke Muda sebagai kepala, ada Kopong sebagai
koordinator para tukang pukul. Mansur, ia duduk sebagai pengatur keuangan
keluarga Tong. Beserta ratusan tukang pukul lainnya. Ah, Basyir adalah pemuda
seumuranku yang selalu bercerita tentang Suku Bedouin. Tentang kehebatannya
menunggang kuda dan kesetiaan pada keluarganya.
Seiring bersamaan
ia tumbuh dewasa, disela kebahagiaan dan kebanggaan yang ia rasakan. Kabar dari
talang yang selalu datang di waktu Subuh itu sedikit demi sedikit telah
melelehkan rasa takutnya. Menghapus keceriaannya dan menyayat sembilu
relungnya. Bagai telah usai cerita hidupnya, dan terjatuh menyerah pada
keadaan.
Sepulang dari
Amerika, ternyata keluarga Tong sudah berkembang dan maju semakin pesat. Tauke
tidak pernah diam, ia selalu mencari peluang, dan memiliki motivasi besar untuk
kemajuan kelurga Tong. Saham yang mereka miliki sangat banyak, gedung-gedung
tinggi perusahaan mereka berjejer disekitaran ibukota. Tidak hanya itu,
gedung-gedung itu juga dilapisi berbagai macam teknologi canggih untuk
mempermudah pemantauan dari jarak yang jauh. Bom dibeberapa ruang terpenting,
untuk menjaga kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Hal itulah yang
mengundang kebencian dari keluarga dunia hitam dibelahan Asia Pasifik lainnya.
Kini alat canggih
itu sudah berada ditangan keluarga Lin, anggota shadow economy yang ada di
Makau. Mereka merampasnya dengan mengancam profesor penemu alat canggih itu,
pemindai. Bahkan mereka menculik anak dan istrinya. Pertarungan antar keluarga
pun dimulai, Bujang tidak peduli. Karena keluarga Tong-lah pemiliknya, dan
keluarga Lin mencurinya dengan pengecut. Tim terbaik membantu Bujang merebut
kembali prototype, pemindai itu dari keluarga Lin. Tim terbaik, Si
White salah satu pemilik restoran seafood
di Hongkong, dan Si Kembar yang selalu bermain-main bahkan dikondisi
terburuk mereka, Yuki dan Kiko. Mereka adalah cucu Guru Bushi yang mengajari
Bujang bela diri dengan shuriken. Mereka adalah pencuri handal, aksinya
selalu hebat. Pakaian ala tourist Jepang pun mereka kenakan saat
bertarung. Tapi jangan salah, mereka mahir mengendalikan shuriken, bintang
ninja, berkat ajaran kakeknya. Akhirnya, pertarungan antar keluarga usai,
keluarga Tong pemenangnya, Bujang, ia memang punya seribu cara nan cerdik. Ya,
belajar dari pengalaman lebih tepatnya.
Bagaimana dengan
kabar talang? Bapak dan Mamak? Hutan diBukit Barisan itu? Tauke Muda telah
memutuskan mengangkat Bujang sebagai anak angkatnya. Ya, sejak ia dibawa oleh
Tauke setelah pertarungan dengan babi monster itu. Bapak selalu bersikap keras
pada Bujang, apalagi saat tau ia belajar mengaji, adzan, dan sholat pada
Mamaknya. Bapaknya akan menyuruh berdiri diluar, tak peduli hujan, sesenti pun
pintu rumahnya tak dibuka. Begitulah, ia tak peduli yang terpenting adalah
sekarang ia adalah bagian dari keluarga Tong, dan melindungi Tauke Muda. Sama
seperti yang Bapaknya dulu lakukan terhadap Tauke Besar, Bapak dari Tauke Muda.
Bujang sudah lupa dengan talang, ia sudah menjadi penasihat masalah berlevel
tinggi sekarang. Yang tak pernah ia lupakan adalah janji pada Mamaknya
Pertarungan
demi pertarungan yang mengesankan. Karena perihal ekspansi Keluarga Tong yang
perlahan merangkak naik level dari penguasa shadow economy tingkat
provinsi menjadi penguasa shadow economy nasional bahkan
internasional. Juga hadir berbagai pertarungan karena asal muasal dendam dulu
yang belum terbalaskan. Dan yang paling mengesankan adalah hadirnya Pengkhianat
dari keluarga Tong. Lalu bagaimana perlawanan balik dari keluarga Lin?
Bagaimana
kisahnya tentang tiga pelapis semangat yang telah pergi diwaktu yang sama?
Hingga ia membenci, memekik, menutup telinga, hingga pucat wajahnya, demi
kebencian dengan waktu? Dan apa yang akan Bujang lakukan setelahnya? PULANG?
Apa maksud dari novel ini setelah pertarungan demi pertarungan terjadi? Mari
simak kelanjutannya, baca langsung novel keren ini yaa..
Penulis
mampu membuat pembaca seakan berada dalam cerita, dengan bahasa yang mampu
membuat pembaca membayangkan ekspresi, gerak gerik, dan setiap detail kejadian
yang ada. Detail sekali, penulis mampu membuat pembaca merasakan apa yang
sedang dirasakan tokoh pada cerita. Terluka, sembilu hati, bangga, bahagia,
cerdik, dan rindu pada kekasih yang amat menyayat hati.
Novel
ini hanya dapat dibaca oleh beberapa orang, terutama yang senang dengan action.
Membuat pembaca berpikir, dan kadang yang membuat bingung adalah alur novel ini
maju-mundur.
Comments
Post a Comment